FungsiTari Tayub Tari Tayub semula berfungsi sebagai pengisi upacara jumenengan, pemberangkatan panglima ke medan perang, dan lain-lain. Perkembangan tayub semakin luas, bukan saja sebagai tari yang bersifat sakral tetapi juga sebagai tari pergaulan, bersifat erotis, dan juga romantis. Perkembangan yang paling akhir tayub sebagai tari-tarian Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara adalah tarian yang bertujuan untuk ritualisme tanpa mengindahkan keindahan dan materi duniawi. Tari yang dilihat pada upacara keagamaan atau kemasyarakatan dikategorikan sebagai tari yang berfungsi sebagai tari upacara. Satu hal yang terpenting adalah tercapainya atau tersampaikannya keinginan mereka terhadap Tuhan mereka. Macam-macam tari upacara adat diantaranya yaitu tari upacara ritual dan tari pada kegiatan masyarakat yang bersifat sakral a. Tari Upacara Ritual Upacara Keagamaan Contoh tari upacara ritual yaitu Tari Sang Hyang Jaran Di provinsi Bali masih terdapat Tari Sang Hyang Jaran yang hingga kini masih dilakukan sebagai tari upacara untuk mengusir roh jahat. Penari meliuk­liukkan tubuhnya dan bergerak seperti menunggang kuda dengan menggunakan kuda yang terbuat dari bambu. Kemudian, penari bergulingan di atas bara api, tetapi tubuhnya tidak terbakar. Gerakan tubuhnya bergerak bebas karena dalam keadaan tidak sadar. Gerakan ini dilakukan spontan mengikuti keinginan hati tanpa didasarkan kaidah seni, tetapi menunjukkan gerakan ritmis yang tak disadarinya. Jatilan Tarian lain yang merupakan salah satu peninggalan zaman prasejarah, yaitu Jatilan. Tari ini merupakan tarian dari daerah Borobudur yang sangat dekat dengan upacara ritual memanggil roh binatang totem sebagai bala keselamatan dari roh jahat. Ritual ini dianggap dapat menyucikan jiwa. Kadang­kadang pemainnya melakukan adegan yang pada kehidupan nyata sangat mustahil dilakukan. Mereka tidak terluka ketika menginjak bara api, memakan pecahan kaca, memecahkan kelapa dengan kepala tanpa merasa sakit atau terluka. Hal tersebut dilakukan pada saat ndadi atau trance Bali kerawuhan, kesurupan, masuknya roh halus ke dalam tubuh sebagai perwujudan bahwa roh hadir’ dan menunjukkan kekuatannya kepada masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan karena mereka menari dengan gerakan spontan. Tari upacara yang berfungsi sebagai media sarana upacara ritual keagamaan dilakukan masyarakat melalui serangkaian upacara adat yang bertujuan melindungi masyarakat dari bencana, kejahatan, serta sebagai ungkapan permohonan agar maksud dan keinginannya terkabul. Pada zaman primitif sebelum masuknya agama ke Indonesia, tari menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan spiritualisme masyarakat Indonesia. Tari Upacara Ritual dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu 1 Tari Upacara Ritual yang Bersifat Sakral Tarian jenis ini merupakan tarian suci dan keramat sakral. Salah satu contoh tari upacara ritual yang bersifat sakral adalah Tari Ngalage. Seperti pada upacara perayaan panen padi di Jawa barat, Tari Ngalage merupakan tarian sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Padi Pohaci Sang Hyang Sri. Dalam upacara tersebut, setumpuk padi diarak ke balai desa. Iring­ iringan tadi didahului penari pembawa umbulumbul warna­warni. Iringan yang terdepan adalah umbulumbul terutama menggunakan warna merah putih sebagai lambang dua sisi sifat yang berlawanan, yaitu baik buruk, susah senang, dan dunia akhirat. Iring­-iringan tersebut terdiri atas para pemikul padi dari bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan suara yang makin lama makin ramai dan membuat semangat iring­iringan karena umumnya jarak ke balai desa lumayan jauh. Di belakang barisan pemikul padi tersebut, ada lagi rombongan yang membawa alat­-alat pertanian dan pembawa angklung serta alat tabuh dog­dog lojor. Kemudian, angklung serta dogdog lojor itu dibunyikan pada tempat-­tempat tertentu di sepanjang perjalanan mereka. Setelah tiba di balai desa, barulah mereka mempertunjukkan kemahiran menari sambil memainkan empat buah dogdog dan sembilan buah angklung. Tari Rokatenda dari Flores juga menunjukkan ekspresi ungkapan rasa syukur karena hasil panen yang melimpah ruah. Tari ini dibawakan oleh penari muda­mudi daerah Ende, Flores, dan Nusa Tenggara Timur. Tari Mon dari Irian Jaya juga merupakan tari upacara ritual yang bersifat sakral. Tarian tersebut dibawakan oleh penari wanita yang duduk melingkari pohon tempat arwah. Mereka dilingkari oleh para penari pria dengan posisi berdiri. Tarian ini merupakan tarian pemujaan terhadap arwah nenek moyang. Contoh Tari Upacara Ritual yang Bersifat Sakral yaitu Tari Ngalage, Tari Rokatenda, dan Tari Mon. 2 Tari Upacara Ritual yang Bersifat Magis Tarian ini berhubungan dengan hal­-hal gaib magis. Salah satu contoh tarian upacara yang bersifat magis adalah Tari Sang Hyang Jaran dari Bali. Tarian ini sebagai ungkapan permohonan keselamatan, yang mengandung unsur magis dengan menginjak­injak bara api, membawa simbol kuda dibuat dari jerami, dan penari bergerak kerawuhan/trance. Dipercaya kekuatan magis menjadi faktor penguat hubungan komunikasi dengan sang Dewa. Tari Sang Hyang adalah tari upacara keagamaan sebagai cara manusia membentengi dirinya dan menolak bahaya dari alam atau faktor lain. Pembawaan penari tidak sadarkan diri memang menjadi dominan dalam tari sejenis. Dalam keadaan trance, penari mempunyai kekuatan dan kemahiran di luar kemampuan manusia pada umumnya. Kesempatan inilah yang digunakan untuk meminta sesuatu kepada Sang Hyang sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat Bali. Contoh tarian lainnya yaitu Tari Warung Kelumbut dari Sumba Timur. Tari ini merupakan perwujudan kepercayaan kepada binatang totem oleh masyarakat setempat. Masyarakat Kecamatan Merabu menarikan tarian ritual magis ini dengan meniru binatang totemnya. Masyarakat percaya bahwa manusia dan binatang dapat hidup berdampingan sehingga ada persatuan yang bersifat mistis yang dapat menjaga satu sama lain, tidak saling merusak dan mengganggu. Jika terjadi persatuan mistis, manusia akan kerasukan atau tak sadar diri. Tari Sintren merupakan tarian bersifat magis yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tari ini menampilkan seorang penari yang sekujur tubuhnya diikat tali, kemudian ditutup kurungan ayam yang ditutupi kain. Hanya dalam beberapa saat ketika kurungan ayam dibuka, penari tadi dapat melepaskan diri dari ikatan. Kemudian, ia menari dalam keadaan tidak sadarkan diri. Selama tarian berlangsung, penari akan terkulai lemas apabila penonton melempari uang logam ke arahnya. Tarian lain ini bersifat magis, tetapi bukan merupakan tarian upacara keagamaan. Tarian yang bersifat magis lain, misalnya Tari Kuda Kepang dan Tari Piring. Pada bagian tertentu dalam Tari Piring, penari menginjak piring menjadi pecahan kecil. Contoh Tari Upacara Ritual yang Bersifat Magis yaitu Tari Sang Hyang Jaran, Tari Warung Kelumbut, Tari Sintren. b. Tari Upacara pada Kegiatan Kemasyarakatan yang Bersifat Sakral Contoh tarian jenis ini, yaitu Tari ritual perkawinan adat Mentawai, Sumatra Barat. Tari Ngarot dari Cirebon, yaitu tarian yang diselenggarakan untuk mempertemukan pemuda dan pemudi di daerah dan antardaerah sebagai bentuk hubungan interaksi sosial yang mengandung unsur sakral. Upacara sebagai permohonan restu untuk membangun rumah yang diungkapkan dengan Tari Seru Kajo Noo Gawi oleh masyarakat Flores. Tari Kabokang dari Sumbawa sebagai bentuk menyambut kelahiran bayi. Tari Wolane dari Maluku menyambut kelahiran bayi. Tari Kanja, yaitu Tari Perang. Anehnya, tarian ini dipertunjukkan pada upacara Maulid Nabi Muhammad Saw dan menyambut pahlawan perang. Ciri-Ciri Tari yang Berfungsi Tarian Upacara Dari uraian tersebut, dapat ditemukan ciri­-ciri tari yang berfungsi sebagai tarian upacara, yaitu sebagai berikut Dilakukan pada kegiatan ritual keagamaan yang bersifat sakral dan magis serta pada kegiatan kemasyarakatan yang bersifat sakral. Gerakannya sangat sederhana karena gerak merupakan ungkapan spontan sebagai ungkapan dalam menjembatani kehendak jiwa para penarinya. Gerakannya monoton dan banyak pengulangan. Perwujudan sajian tari waktu, aturan erat dengan tujuan penyelenggaraannya. Musik terdengar monoton. Menggunakan alat musik sederhana dan seadanya. Penyajiannya tidak menyentuh segi artistik. Inti dari gerak tari ini adalah terkabul atau tersampaikannya tujuan. Keberadaan jenis tari yang berfungsi sebagai tarian upacara sangat sulit untuk diikuti keberlangsungannya. Ada perbedaan yang menonjol dibanding antusiasme masyarakat wilayah barat Nusantara yang cenderung kurang peduli, sedikit menganggap tradisonal adalah ortodoks, sebagai pengaruh budaya kekinian yang metropolis. Namun, di wilayah timur Indonesia, tari tradisional masih lekat dalam kehidupan. Masyarakat menempatkan adat istiadat membaur dengan kebutuhan dan pola hidup mereka. Lambat laun, dalam kurun waktu yang lama menjadi sebuah tradisi yang memiliki nilai seni yang tinggi. Mari kita coba untuk menelaah tabel contoh tari upacara berikut. Tabel ini menunjukkan segala hal yang berkaitan dengan Tari Wor dari Papua. Sebenarnya banyak tarian yang termasuk ke dalam tari upacara yang kurang begitu memenuhi kaidah tari. Gerak pada tari upacara sangat bergantung kepada naluri untuk bergerak tanpa mengindahkan segi estetika sebuah karya seni tari. Kadang-kadang para penari dalam tarian upacara melakukan gerakan disertai keadaan tidak sadar trance. Hal tersebut terjadi karena ketika para penari mengungkapkan keinginan yang ditujukan untuk Yang Mahakuasa atau Yang Didewakan, atau Yang Tertinggi Penguasa Alam, ia bergerak dengan segenap rasa dengan satu tujuan agar permohonannya terkabul. Orang yang sedang menari pada upacara keagamaan merupakan perwujudan ungkapan seluruh daya hidupnya terhadap yang dianggap Tuhan, seperti pohon, patung, atau roh halus. Dengan paparan tersebut, kita telah menemukan satu kata bantu dalam menemukan dan mengingatkan kembali pemahaman tari, yaitu ekspresi. Ekspresi adalah ungkapan jiwa terdalam dalam wujud fisik sebuah ungkapan, bisa berbentuk gerak, coretan, senandung, dan lain-­lain. Melalui serangkaian upacara adat pada zaman sebelum masuknya agama ke Indonesia, tari menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritualisme masyarakat Indonesia. Lambat laun, kesakralan tari upacara ini telah berkurang di beberapa daerah. Namun, di beberapa daerah lain, seperti Bali, meskipun sudah banyak tari upacara yang berubah fungsi, tari Bali tetap menjadi sebuah seni yang memiliki nilai spiritualisme karena tari melekat dalam kehidupan sehari­hari masyarakatnya. Tari lahir sebagian besar disebabkan kebutuhan akan adanya media dalam menyampaikan keinginan kepada sesuatu yang dianggap Tuhan oleh manusia. Salah satu cara berkomunikasi tertua dengan alam yang mengandung unsur tari adalah penyelenggaraan upacara keagamaan. Upacara tersebut dilakukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari adat istiadat mereka. Perwujudan permohonan dan komunikasi adalah dengan membaca mantra diiringi gerakan­gerakan tubuh yang lahir secara spontan sebagai ungkapan kegembiraan atau rasa syukur, juga sebagai permohonan atas doa. Lambat laun, hal tersebut menjadi sebuah tradisi.
\n \n tari mapeliang adalah tari yang berfungsi sebagai pelengkap upacara
TariMon dari Irian Jaya juga merupakan tari upacara ritual yang bersifat sakral. Tarian tersebut dibawakan oleh penari wanita yang duduk melingkari pohon tempat arwah. Mereka dilingkari oleh para penari pria dengan posisi berdiri. Tarian ini merupakan tarian pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
Web server is down Error code 521 2023-06-16 170407 UTC Host Error What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d84a1509fc01b0b • Your IP • Performance & security by Cloudflare

Iringandalam peragaan tari berfungsi sebagai? Pemanis gerak Pelengkap gerak Pengikat dan pemertegas gerak Pendukung gerak Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah: C. Pengikat dan pemertegas gerak. Dilansir dari Ensiklopedia, iringan dalam peragaan tari berfungsi sebagai Pengikat dan pemertegas gerak. Pembahasan dan Penjelasan A. Pemanis gerak adalah jawaban yang kurang tepat, karena

Setiap karya seni tari yang diciptakan mempunyai fungsi yang berbeda. Oleh karena itu, jenis karya tari juga dapat dikelompokkan menurut karya tari dalam konteks budaya masyarakat tidak lepas dari fungsi tari itu sendiri dalam masyarakat. Jika fungsi tari dalam masyarakat tertentu sebagai tari upacara, secara tidak langsung tari di situ berperan sebagai sarana upacara. Tari upacara merupakan karya tari yang berfungsi sebagai sarana upacara. Tari hiburan merupakan karya tari yang berfungsi sebagai sarana hiburan. Adapun Tari pertunjukan merupakan karya tari yang berfungsi sebagai sarana pertunjukan. Fungsi Tari Sebagai Upacara, Hiburan, Pertunjukan Berdasarkan fungsinya, karya tari dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tari upacara, tari hiburan social dance, dan tari pertunjukan. 1. Fungsi Tari sebagai Sarana Upacara Agama dan Upacara Adat Tari-tarian upacara berfungsi sebagai sarana upacara agama atau upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat. Tari-tarian tersebut sangat berperan dalam rangkaian upacara yang diadakan. Salah satu contohnya adalah tari Pendet yang berasal dari Bali. Baca Juga √ Lengkap Alat Musik Tradisional Sulawesi Barat Beserta Gambarnya Tari Pendet sering ditarikan oleh gadis-gadis Bali di pura pada saat upacara keagamaan. Para penari membawa bokor berisi bunga sebagai simbol sesaji yang dipersembahkan untuk para dewa. Contoh lainnya adalah tari Gantar yang berasal dari Kalimantan. Tari Gantar disajikan pada saat upacara adat selamatan yang ditujukan kepada Dewi Sri. Dalam upacara ini, masyarakat berdoa agar hasil panen melimpah. 2. Fungsi Tari sebagai Sarana Hiburan atau Pergaulan Tari-tarian yang berperan sebagai sarana hiburan disebut tari hiburan. Tari hiburan disebut juga social dance. Tari ini disajikan dengan tujuan untuk menghibur para penonton. Tema tari biasanya berupa ungkapan rasa gembira. Penonton pun kadang-kadang ikut menari. Contoh tari hiburan, yaitu tari Tayub dari Jawa Tengah. Tari Tayub ditarikan oleh para penari wanita yang dinamakan ledek dan para penari laki-laki yang dinamakan pengibing. Tari Tayub merupakan tari hiburan yang biasanya dipertunjukkan pada acara sehabis panen. Tari ini termasuk tari hiburan karena di dalamnya terjadi perbauran antara penari wanita dan penari laki-laki. Penontonnya pun diajak menari oleh para penarinya. Contoh lain taritarian yang berfungsi sebagai sarana hiburan, yaitu tari Giring-Giring dari Kalimantan, tari Serampang Duabelas dari Sumatera, dan tari Maengket dari Sulawesi. seni tari Ari Subekti3. Fungsi Tarian sebagai Media Pertunjukan Tari yang berfungsi sebagai media pertunjukan disebut tari pertunjukan. Tari pertunjukan membuat manusia dapat menikmati keindahan-keindahan yang diungkapkan melalui gerak tubuh. Hal itu karena tari pertunjukan benar-benar dipersiapkan sebelum dipertunjukkan di depan orang lain. Gerak tari benar-benar diolah secara matang. Kesesuaian unsur-unsur pendukung tari dengan tema tarinya juga sangat diperhatikan. contoh tari pertunjukan adalah sendratari Ramayana di Yogyakarta. Sendratari Ramayana dipertunjukkan untuk menarik wisatawan agar datang ke Yogyakarta. Pertunjukan sendratari Ramayana dapat dijumpai di panggung tertutup ataupun terbuka, misalnya, di candi Prambanan. Selain itu, dapat dijumpai di hotel-hotel atau rumah makan yang ada di daerah Yogyakarta.

sebagaipelengkap proses upacara Tari ini ditampilakan pada saat sebelum memulai from ADALAH 5 at SMA Negeri 4 Bekasi

Tari Tanggai – Di Negara Indonesia, tari yang berfungsi sebagai tari penyambutan cukup banyak sekali macamnya. Setiap daerah memilikinya, beberapa diantaranya ada yang mempunyai lebih dari satu tarian penyambut tamu. Di daerah Palembang, Sumatera Selatan. Ada tarian Tanggai sebagai salah satu tarian penyambutannya. Sebagai salah satu tarian penyambutan, Tanggai telah hadir menggambarkan keramahan dan juga rasa hormat masyarakat Palembang kepada para tamu. Di dalam prakteknya, Tari Tanggai ini umumnya dipertunjukkan dalam upacara pernikahan adat Palembang yang mewakili ungkapan selamat datang kepada tamu yang sudah memenuhi undangan. Dalam hal ini, tarian ini mempunyai banyak kesamaan dengan Tari Gending Sriwijaya yang juga adalah tari penyambutan khas daerah empek-empek ini. Perbedaanya terletak pada jumlah para penari Tanggai yang biasa dibawakan oleh 5 penari, sementara itu untuk Gending Sriwijaya dibawakan oleh 9 penari dnegan perlengkapan yang lebih lengkap. Yuk, simak langsung penjelasan dari tentang Tari Tanggai ini. Pengertian Tari TanggaiAsal Usul Dan Sejarah Tari TanggaiPakaian atau Kostum PenariProperti Tari TanggaiSetting PanggungRagam GerakanStruktur Penyajian GerakanPola LantaiIringan Lagu Dan MusikMakna TarianFungsi Tari TanggaiPenutup Tari tanggal merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari banyaknya kesenian tari di Indonesia, yaitu dari kota Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini umumnya dipentaskan untuk menyambut para tamu yang sudah hadir memenuhi para undangan. Tarian ini sendiri sudah menggambarkan keramahan dan juga rasa hormat para penduduk Palembang atas kedatangan sang tamu tersebut. Di dalam gerakan tarian ini telah mengandung sebuah makna tersembunyi yaitu ucapan selamat datang dari orang yang sudah mengadakan upacara kepada para tamu. Tarian ini merupakan hasil kombinasi antara seni musik tradisional dan juga gerakan yang lemah lembut dengan busana khas daerah. Sehingga dapat membuat para penarinya terlihat lebih cantik pada saat pementasan. Gerakan yang luwes dan juga kelentikan jemari para penari yang dapat menggambarkan betapa tulusnya tuan rumah dalam memberikan penghormatan kepada para tamunya. Keserasian dari lagu pengiring yang berjudul “enam bersaudara” ini dengan dikombinasikan gerakan gemulai para penari menggambarkan kehangatan kehidupan para masyarakat Palembang. Pemberian nama tari tanggai ini dapat disebabkan oleh para penari yang membawakan tarian ini semuanya memakai tanggai yang dipasangkan di delapan jari kecuali pada jari jempol. Tanggai sendiri merupakan benda yang terbuat dari perak atau kuningan yang selanjutnya dipasangkan pada ujung jari tangan. Keindahan dan juga kekuatan dari tari tanggai ini terletak pada tanggai atau kuku palsu yang dikenakan oleh para penarinya. Tarian tanggai ini mempunyai fungsi selain sebagai media hiburan dan juga penyambutan yaitu sebagai media pendidikan. Pada tarian ini banyak orang yang sedang melihatnya akan mengetahui keindahan budaya yang ada di daerah Palembang dan juga mempelajari bagaimana tarian ini dilakukan. Baca juga Tarian Jawa Tengah Asal Usul Dan Sejarah Tari Tanggai Sebenarnya tidak ada yang mengetahui ini secara persis, tentang kapan dan juga bagaimana sejarah Tari Tanggai ini bermula. Namun jika didasarkan pada sumbernya, asal usul tari tanggai ini bermula dari adanya ritual persembahan dari masyarakat Budha di daerah Sumatera Selatan terhadap Dewa Siwa. Jadi tidak heran lagi karena Palembang memang menjadi pusatnya kerajaan Budha terbesar pada masaitu, yaitu Kerajaan Sriwijaya di bawah kekuasaan Wangsa Syailendra. Dengan para pimpinannya tersebut raja-raja yang mayoritas manganut Agama Budha Mahayana. Apalagi dengan adanya pengaruh budaya Tionghoa yang terasa begitu kental dalam tariannya. Dapat menyebabrkan terjadinya akulturasi budaya antara masyarakat asli dengan pembawa agama Budha dari China, sehingga tarian ini hampir sama dnegan tarian yang ada di sana. Salah satu jenis tarian tradisional yang sudah tergolong tua ini awalnya lebih disakralkan dan juga disucikan, karena memang berfungsi untuk mengantarkan sesembahan ke dewa-dewi para penganut Budha tersebut. Sebab itu bentuknya berupa tari persembahan, maka tidak boleh sembarangan untuk ditarikan. Kelengkapan dari persembahan ini sudah termasuk sesajen yang isianya meliputi beraneka macam Bunga dan juga buah. Itulah sebabnya tarian tanggai ini lalu diajarkan secara turun-temurun, untuk dapat melaksanakan pemujaan dan juga persembahan tersebut. Sayangnya, sebuah aturan yang tidak memperbolehkan para penari untuk menari turun pada masa penjajahan Belanda. Ketertarikan mereka untuk dapat menarikannya muncul, karena hanya laki-laki saja yang telah diperbolehkan untuk membawakannya. Tarian ini mulai dibawakn bersama dengan properti berupa tanggai dan sekapur sirih kira-kira pada tahun 1920 silam. Namanya bahkan mempunyai sedikit perbedaan, yakni Tari Tanggai atau Tari Tepak. Tari Tanggai ini kembali diangkat sebagai salah satu tarian penyambutan oleh kerja sama antara Elly Rudi dan Anna Kumari, karena Palembang tidak memiliki tarian penyambutan tamu kehormatan Negara sejak masa itu. Sementara itu, penamaan dari tari tanggai ini sendiri berangkat dari aksesoris yang berupa kuku palsu atau tanggai yang dipasahkan di delapan jari kecuali dua ibu jari pada penarinya. Baca juga Tarian Maluku Pakaian atau Kostum Penari Salah taru poin yang dapat dipakai untuk membedakan kemiripan antara Tari Gending Swijata dengan Tari Tanggai yaitu pada busana atau kostum para penarinya. Penari Gending Sriwijaya ini berbusana baju aesan, mengenakan mahkota besar dengan warna emas, dengan ikatan selendang mantra pada bagian pinggang. Sementara itu untuk pakaian penari Tanggai meliputi bawahan yang berupa kain songket, dengan atasnnya yaitu dodot. Kendati demikian, ada 4 macam penataan busana atau kostum yang dikenakan dalam pertunjukan Tari Tanggai, antara lain sebagai berikut ini. 1. Aesan Dodot Aesan Dodot saat digunakan oleh para penari tanggai antara lain sebagai berikut ini a. Bunga urai b. Cempako gepeng d. Gelang kano f. Gelang sempuru g. Gelung malang h. Kalung kebo munggah i. Kemben songket j. Pending k. Selempamg l. Sewet songket m. Sumping n. Sundur o. Teratai 2. Aesan Pak Sangkong Aesan Pak Sangkong dalam pementasan tari tanggai antara lain sebagai berikut ini a. Baju kirung belutdru b. Bunga uarai c. Cempako d. Gelang e. Gelang gepeng f. Gelang sempuru g. Gelung malang h. Kalung kebo mungga i. Kelapo setandan j. Pak sangkong k. Selendang l. Sewet songket m. Sumping n. Sundur o. Suri / sisir p. Teratai Baca juga Tari Manuk Dadali 3. Aesan Gede Penampilan Aesan Gede untuk penari tari tanggai antara lain sebagai berikut ini Cempako Kalung kebo mungga Kasuhun Kecak bahu Kembang urai Kemben songket Galang gepeng Gelang kano Gelang malang Gelang sempuru Pending Selempang Sewet songket Sumoing Sundur Suri / sisir Teratai 4. Selendang Mantri Aesan Gandik Aesan Gandik tari tanggai antara lain sebagai berikut ini Gelang kano Gelang malang Gepeng sempuru Kalung kebo mungga Kembang sempuru Kembang songket Selendana Sewet somgket Sumping Sundur Suri / sisir Teratai Busana atau kostum tersebut di atas, digunakan sesuai dengan tema acaranya pada saat itu. Memerhatikan baik-baik situasi dan juga kondisi yang ada pada saat pementasan Tari Tanggai akan dilaksanakan. Misalnya, penari tidak boleh menggunakan Aesan Gede pada saat acara resepsi pernikahan, karena pengantinnya sudah menggunakan Aesan Gede. Maka dari itu penari pun mesti memakai Aesan Mantra, Pak Sangkong dan juga Dodot, dengan motif yang berupa Songket dalam tarian ini. Sehingga beberapa kombinasi paduan antara busana ini dan juga gerakan tariannya dapat menambah nilai estetika dalam tarian ini. Baca juga Tarian Reog Ponorogo Properti Tari Tanggai Pakaian atau busana yang dikenakan oleh para penari lalu akan dilengkapi dengan properti khas daerah Palembang, yaitu pending, dadat, kalung, sanggul malang, kembang urat atau ranai, tajuk cempoko, kembang goyang dan juga tanggai yang terpasang di kedelapan jemari tangan para penari tersebut. Perlengkapan yang ada pada penari Tanggai ini umumnya lebih sederhana, apabila dibandingkan dengan yang digunakan oleh penari Gending Sriwijaya. Sejumlah properti di antaranya ini cukup diutamakan dalam pertunjukannya, sampai wajib untuk digunakan. Penjelasan dari beberapa properti wajib tarian ini di antaranya sebagai berikut ini 1. Kain Songket Kain ini adalah sebuah kain tenunan tradisional yang sudah termasuk dalam golongan kain brokat dari masyarakat rumpun melayu, misalnya Brunei, Indonesia dan juga Malaysia. Namanya tradisional, tentu cara pembuatannya yaitu penenuan manual dengan tangan, yang dimana bahannya yaitu benang perak dan juga emas. Benang yang berbahan dasar logam metalik ini jelas akan dapat memberikan efek kilauan cemerlang dan tentunya mewah. Tidak hanya digunakan oleh penari tanggai, Kain Songket ini pun digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat menghadiri acara-acara yang bersifat resmi. 2. Kalung Perhiasan yang biasa digunakan oleh penari tanggai ini umumnya terbuat dari bagan logam mulai, misalnya perak, platina atau bahkan sebuah emas. Kadangkan juga ada beberapa yang membuatnya dengan bahan berupa permata, intan atau dari serangkaian mutiaran yang sangat cantik. Dengan demikian, bahan pembuatan dari kalung ini juga semakin bervariasi sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya seperti hal nya dari bahan tembaga, keramik, besi, kerang, perunggu, rotan, sampai plastik. Bentuk umum dari kalung ini seperti rantai, kadang ada juga beberapa tambahan liontin atau bandul sebagai salah satu pemanisnya. 3. Kembang Goyang Penggunaan dari Kembang Goyang dalam bentul sanggul yaitu di kepala penari. Perhiasan ini akan dapat ikut bergerak-gerak pada saat penari membawakan tariannya, karena pegas di dalamnya. Bahan yang digunakan untuk membuatnya yaitu dari tembaga, kuningan, emas atau perak. Terkadang ada juga tambahan berupa batu permata agar semakin mewah. Selain itu juga, Kembang Goyang juga ada yang dikenakan sebagai pelengkap dari pakaian adat Bali, Pakaian Adat Jawa dan juga Pakaian Adat Sunda. 4. Kuku Palsu Tanggai Tanggai merupakan semacam hiasan kuku palsu yang berbentuk panjang meruncing yang kemudian dipasangkan pada ujung jari tangan. Benda yang biasanya terbuat dari bahan tembaga, kuningan atau perak inilah yang dapat menambah kesan identic pada jari-jemari seorang penari tersebut, sehinggai gemulai sekali gerakannya tampak lebih indah. Bahkan, keindahan dan juga kekuatan tari ini sebetulnya berasal dari tanggai atau kuku palsu yang digunakan oleh para penarinya. 5. Tepak Tepak tentu merupakan salah satu properti wajib yang harus dibawa oleh salah satu penari dalam tarian ini. Kendati demikian keberadaan dari properti ini dapat membuat Tari Tanggai ini sedikit sampai dengan tari Sekapur Sirih dari Jambi. Benda ini sendiri adalah kotak persegi panjang, yang diisi dengan hidangan misalnya daun sirih, tembakai, pinang, gambur dan tentunya kapur. Semuanya itu menjadi suguhan untuk para tamu yang akan pada pada masa lampau, karena itu memang sebagaimana kebiasaan dari masyarakatnya yang masih suka dengan mengunyah sirih atau nyirih. Sirih ini dapat menyimbolkan penghormatan kepada sang tamu, bahwa masyarakt Palembang siap menerimanya. Kapur sirih yang dibawakan oleh para penari ini sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu sirih jadi dan juga sirih tidak jadi. Sekarang, isiannya tersebut dibuat menjadi coklat, permen atau bahkan camilan lainnya. Bentuk dari beberapa properti tarian ini yang biasa disebutkan di atas sudah kian modern pada saat ini. Setting Panggung Perbedaan berikutnya antara tari Gending Sriwijaya dan juga Tari Tanggai ini dari aspek pengaturan panggung terletak juga pada jumlah penarinya. Pementasan dari Tari Ganding Sriwijaya ini dapat dibawakan oleh 9 penari, sedangkan untuk Tari Tanggai hanya dapat dilakukan oleh 5 penari saja. Kendati demikian pada umumnya dipentaskan oleh gadis-gadis remaja, akan tetapi untuk anak-anak di kota Palemabang pun juga dapat membawakannya sekarang ini. Walaupun memang pada masa sekarang ini Tari Tanggai secara dasarnya adalah tarian berkelompok, akan tetapi untuk pementasannya tetap perlu untuk melihat kondisi di tempatnya. Yang terpenting yaitu dari jumlah penari harus selalu ganjil. Baca juga Pakaian Adat Sumatera Selatan Ragam Gerakan Tarian Tanggai ini sudah sering kali dipentaskan dalam beragam acara adat di daerah Palembang selama ini. Keindahannya dapat diperoleh dari melihat gerakan gemulai pada busana daerah yang khas oleh penarinya. Bahkan pada setiap gerakannya ini mempunyai nama masing-masing yang berdasarkan pembagiannya, antara lain sebagai berikut ini 1. Nama-Nama Gerak a Gerak sembah, yang terbagi Sembah saat berdiri Sembah saat duduk b Gerak Borobudur dibagi dalam Borobudur ketika berdiri Borobudur ketika duduk c Gerak Kecubung, yang terdiri atas Kecubung dalam posisi berdiri kanan dan kiri Kecubung dalam posisi duduk kanan dan kiri d Gerak Tabor atau Tabur dalam duduk kanan dan kiri. e Gerakan Siguntang Mahameru, dalam posisi duduk kanan dan kiri. f Gerakan Mendengar, yang dibagi atas Mendengar posisi berdiri kiri dan kanan Mendengar posisi duduk kiri dan kanan g Gerak Tutur Sabda, yang hanya menampilkan satu gerakan dalam posisi tutur sabda, yakni saat duduk saja. h Gerakan Tolak Bala, dilakukan dalam posisi berdiri kiri dan kanan. i Elang Terbang, yang terdiri dari Elang Terbang dalam posisi berdiri Elang Terbang dalam posisi duduk j Gerak Jalan Keset, hanya menampilkan satu gerakan pada posisi berdiri. k Gerak Jalan Jijit, juga hanya menunjukkan satu gerakan. l Gerak Duduk Momjong m Gerak Duduk Tafakur n Gerak Kaki Tunjang o Gerak Kaki Sambar p Gerak Memohon q Gerak Nyumping r Gerak Tumpang Tali Baca juga Tari Saman Struktur Penyajian Gerakan Susunan dari Tari Tanggai ini lazimnya yaitu pengembangan dari rangakaian atau motif dari gerakan tersebut, menjadi satu kesatuan yang utuh dalam bentuk sebuah struktur tarian yang solid. Struktur gerakannya ini sendiri terbagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut ini A. Gerakan Awal Penari masuk dengan gerakan dalam posisi sembah, Gerakan borobudur dalam posisi hormat, Gerakan sembah saat berdiri. Gerak Sembah Atas penari tari tanggai Melakukan jalan keset, Kecubung berdiri pada bawah kanan, Kecubung pada bawah kiri, Kecubung berdiri pada atas kanan, Kecubung pada atas kiri, Diakhiri dengan ukur benang. B. Gerak Pokok Gerak Tepuk Tanah dalam gerak pokok tari tanggai Dimulai dari tutur sabda, Sembah posisi duduk, Gerak Sembah tari tanggai dalam posisi sujud Tabur bunga saat duduk kanan dan kiri. Memohon pada duduk kanan, Kecubung saat posisi duduk kanan dan kiri, Stupa pada kanan dan kiri, Melakukan tutur sabda, Gerakan borobudur lagi, Ditutup dengan ulur benang. C. Gerak Akhir Gerak Tangan Tumpuk dalam gerak akhir tari tanggai Berawal dari tolak bala dalam posisi berdiri pada kanan dan kiri, Dilanjutkan dengan Nyimpang atau nyumping posisi berdiri kanan dan kiri, Kemudian gerakan mendengar berdiri kanan dan kiri, Selanjutnya penari melakukan tumpang tali, Berikutnya alur atau ulur benang dalam posisi berdiri kanan dan kiri, kemudian posisi sembah saat berdiri, Gerakan borobudur lagi saat berdiri, Diahiri dengan borobudur dalam posisi hormat atau terhormat. Para penari Tanggai ini akan dapat terlihat lebih anggun, pada saat gerakan-gerakan yang sedemikian gemulai di atas dipadukan dengan busana daerah yang khas. Ketulusan dari tuan rumah yang memberikan suatu penghormatan kepada para tamu ini juga dapat ditunjukkan melalui kelenturan atau keluwesan gerakn dan lentiknya jari pada setiap penari tersebut. Baca juga Tari Lampung Pola Lantai Tari Tanggai ini telah menerapkan pola lantai yang berupa huruf V, Horizontal dan juga melingkar. Untuk pola lantai huruf V, kaitannya yaitu dengan posisi melengkung atau lebih tepatnya meruncing, karena merujuk pada huruf V yang dibentuk oleh 5 orang penari tersebut. Iringan Lagu Dan Musik Komponis penyaji musik iringan untuk tarian ini yaitu dengan cara mengerjakan iringan musik yang menggabungkan sejumlah isntrumen. Ada dua elemen dalam jenis musik pengiringnya, yakni bunyi alat musik yang dimainkan berkelompok sampai seolah membentuk orchestra dan juga syair lagu daerah. 1. Lirik atau Syair Lagu Dendangan syair yang berasal dari sebuah lagu daerah bernuansa melayu ini dapat dibawakan oleh seorang penyanyi atau sinden yang mengiringi Tarian Tanggai ini. Syair ini adalah lagu yang berjudul “enam bersaudara”. Demikian memang tidak ada yang mengetahui siapa pengarangnya secara pasti, akan tetapi sampai sekarang ini sudah begitu populer di kalangan penduduk Sumatera Selatan, terutama di daerah Palembang. Lagu ini merupakan perlambang untuk masyarakat Palembang yang hidupnya harmonis. Kombinasi yang serasi ini antara “enam bersaudara” dan juga gerakan yang gemulai oleh para penari menjadi gambaran hangatnya kehidupan penduduk Palembang. Untuk itu, berikut ini merupakan lirik dari lagu enam bersaudara tersebut, antara lain sebagai berikut Lemah lembut … lemah lembut, Tangan gemulai … gemulai, Jari-jari yang menari halus semampai Lemah lembut … lemah lembut, Tangan gemulai … gemulai, Jari-jari yang menari halus semampai Anak dara yang manis, Bidadari rupawan sedang asyik manari tari tanggai Anak dara yang manis, Bidadari rupawan sedang asyik manari tari tanggai Lirik versi lainnya Kami lah ini Sembilan Putri dari Kota Palembang Mewakili daerah Batanghari Sembilan Sekapur sirih kami sembahkan Sebagai penghantar kata Adat-peradat leluhur kita Sriwijaya Lengkap dengan peredongan Lengkap dengan tepak Dengan pakaian adatnya Kebesaran Syailendra… Lengkap dengan peredongan Lengkap dengan tepak Dengan pakaian adatnya Kebesaran Syailendra… Kami lah ini Sembilan Putri dari Kota Palembang Mewakili daerah Batanghari Sembilan Sekapur sirih kami sembahkan Sebagai penghantar kata Adat-peradat leluhur kita Sriwijaya Lengkap dengan peredongan Lengkap dengan tepak Dengan pakaian adatnya Kebesaran Syailendra Lengkap dengan peredongan Lengkap dengan tepak Dengan pakaian adatnya Kebesaran Syailendra… 2. Alat Musik Lagu yang sudah menjadi pengiring dari Tari Tanggai ini diiringi oleh alat musik tradisional Palembang misalnya biola, gendang, akordion dan gong, serta alat musik terbangan atau sejenis rebana. Bunyi atau suara yang telah dihasilkan melalui alat musik ini difungsukan untuk dapat mengatur irama sekaligus juga menjadi identitas dalam kebudayaan Melayu. Dengan demikian, tidak jarnag pula instrument musik yang lebih modern misalnya orgen tunggal atau band yang sudah dimanfaatkan dalam pementasan tarian ini pada masa sekarang. Karena jika kita kembali lagi, akan tetap tergantung pada yang mempunyai hajat. Baca juga Tarian Kalimantan Makna Tarian Ada beberapa makna atau arti tersembunyi yang terkain dengan ungkapan selamat datang dari orang yang mempunyai hajat dan mengadakan upacara kepada para tamu yang diwakilkan dalam kandungan setiap gerakan tarian ini. Karena tamu yang diibaratkan raja ini memang harus selalu diperlakukan sebaik mungkin, bagi masyarakat Palembang. Keramah dan juga rasa hormatnya tergambarkan melalui pemberian sekapur sirih kepada para tamu-tamu kehormatan yang terpilih, dalam salah satu bagian tarin oleh salah satu penari tanggai tersebut. Pemberian ini dapat menyimbolkan, bahwa tamu tersebut sudah diterima dengan baik oleh masyarakat Palembang yang begitu terbuka. Fungsi Tari Tanggai Secara garis besar, pementasan dari tari Tanggai ini berfungsi untuk menyambut para tamu yang sudah memenuhi undangan atau dapat juga dipertontonkan dalam upacara pernikahan adat Palembang. Sekarang ini seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini dapat dipertontonkan juga dalam beragam-macam acara resmi organisasi, festival budaya, acara kedinasan yang mendatangkan pejabat Negara, dan juga pergelaran seni di berbagai sekolah. Jasa pergelaran yang lengkap dengan sebuah kemewahan pakaian adat Sumatera Selatan juga sudah banyak disediakan oleh sanggar-sanggar seni yang berada di Palembang. Berikut ini adalah penjelasan beragam fungsi lain pementasan Tari Tanggai, hasil dari perkembangannya pada masa kini, antara lain sebagai berikut ini 1. Sebagai Lambang atau Simbol Dalam Penyambutan Tamu Kehormatan Tari Tanggai yang sudah difungsikan sebagai Lambang atau Simbol dari Penyambutan Tamu Kehormatan. Tari Tanggai Palembang ini selalu ditampilkan dalam perayaan hari-hari besar maupun beragam acara lainnya. Tarian ini akan ditampilkan sebelum acara resmi tersebut dimulai, tepatnya yaitu usai tamu kehormatan yang telah hadir dalam suatu acara sudah duduk pada tempat yang sudah disediakan. Akan selalu ada seorang penari utama dalam tarian Tanggai untuk keperluan fungsi lain. Sembari membawa tepat, salah satu seorang penari didampingi oleh dua penari dengan pridon atau tempat mengeluarkan sirih akan menyerahkan tepak yang berisi dua macam sebagai tanda menghormati para tamunya. Pertama yaitu Sirih Jadi atau sirih yang sudah diramu. Isinya akan meliputu kapur, pinang dan juga ramuan gambir berbungkus dauh sirih dan juga tembakau. Kedua yaitu Sirih Tak Jadi atau Sirih Mentah, yaitu bahan-bahannya sama, hanya saja akan diramu oleh tamu itu sendiri. Pemberian dari kapur sirih ini melalui beberapa tarian semacam ini memang sudah biasa, karena meliputi tanda hormat untuk tamu yang datang, untuk masyarakat Palembang pada masa lampau. 2. Sebagai Sarana Upacara Dalam Adat Perkawinan Fungsi Tari Tanggai dalam acara pesta perkawinan ini kurang lebih memang sama, karena memang pada dasarnya adalah tarian penyambutan tamu sebelum suatu acara terutama acara resmi dimulai Tuan rumah dan juga keluarga yang memliliki hajat atau pesta, menyuguhkan Tarian Tanggai ini untuk memberikan rasa hormat dan juga ungkapan terima kasih atau kehadiran tersebut. Pembedanya yaitu pada susunan penari. Di dalam upacara adat pesta perkawinan, para penari akan diikuti oleh pengantin dan juga keluarga mempelai untuk memasuki gedung resepsi pernikahan. Penari yang berada di barisan paling depan ini, diikuti sepasang pendamping penari yang sejajar dengannya, lalu disusul oleh dua pendamping pengantin biasanya anak-anak usia 7-11 tahun baru diikuti oleh orang tua pengantin besera sanak family. Penari Tanggai ini terus berada di depan sambil mengantarkan pengantin sampai ke pelaminan. Setelah sepasang pengantin duduk di pelaminan, para penari baru memulai tariannya sebagai rasa hormat terhadapat kehadiran para tamu. Sebuah acara pesta perkawinan lazimnya menampilkan Tari Tanggai ini sekitar pukul WIB, tergantung juga dengan keinginan keluarga yang mempunyai hajat atau pesta. 3. Sebagai Hiburan Fungsi Tari Tanggai yang sebagai media hiburan selalu dipentaskan pada setiap penyelenggaraan acara adat, baik itu secara resmi maupun tidak, tak kalah jauh berbeda dengan fungsinya sebagai tarian pertunjukkan. Di samping dapat memberikan kesenangan kepada tamu yang telah hadir penonton, tarian ini juga telah menawarkan kenikmatan tersendiri untuk para penari. Tari Tanggai dapat menjadi penghibur bagi diri seorang penari itu sendiri, karena kegiatan yang dilaksanakan memang mampu untuk memberi perasaan senang dan juga kepuasan. Tarian ini bahkan sudah menjadi media hiburan untuk rakyat, alih-alih sebatas dibawakan dalam sejumlah acara formal. Rakyat tentu dapat mengetahui kemudian, bagaimana keindahan setiap gerakan yang ditarikan dengan kepiawaian sang penari dalam membawakan tarian tersebut. 4. Sebagai Legitimasi Tari Tanggai sebagai fungsi legitimasi ada di dalam upacara perkawinan masyarakat kota Palembang. Dengan kata lain, syarat dari kelengkapan resepsi perkawinan akan dianggap kurang terpenugi, apabila tidak mementaskan Tari Tanggai ini. Nantinya, pengantin ini akan memasuki gedung atau tempat resepsi manapun, diiringi oleh para penari yang berjalan sedemikian pelan dalam resepsi tersebut. Dan pada waktu pengantin ini memasuki gedung, para tamu undangan akan berdiri untuk memberi hormat. 5. Sebagai Media Pendidikan Selain dengan adanya unsur hiburan, Tari Tanggai ini tentunya menawarkan juga unsur pendidikan. Setiap orang akan dapat mengetahui betapa indahnya kebudayaan yang berada di Palembang dan juga mempelajari seluk-beluk dari tarian ini melalui apa yang mereka lihat pada tiap-tiap gerakannya. Para penari pun dapat mengembangkan kepekaan perasaanya terhadap nilai-nilai estetika melalui tarian ini, memperkaya jiwa, dan juga jelas secara langsung mengenal warisan budaya di tanah kelahiran sendiri. Diharapkan juga, kehidupan harian mereka adalah cerminan dari keluwesan dan kelembutan Tari Tanggai yang mereka bawakan. Artinya, dampak positifnya akan dapat terlihat dalam tindak-tanduk mereka. Keterampilan yang telah ditampilkan melalui tarian semacam ini akan dapat mempertebal juga kepercayaan terhadapt diri sendiri. Baca juga Tarian Jawa Tengah Penutup Demikianlah sedikit penjelasan informasi tentang Tari Tradisional Tanggai sebagai salah satu tarian penyambutan di Bumi Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan, dan juga betapa masyarakatnya begitu memuliakan para tamu. Tarian ini rutin dipentaskan setiap ada penyelenggaraan acara adat, baik itu secara resmi maupun tidak. Tari Tanggai
Latihanulangan akhir semester: Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara keagamaan adalah . a. Tari Ngarot dari Cirebon b. Upacara Adat Mentawai c. Tari Warung Kelumbut dari Sumba Timur d. Tari Sang Hyang Jaran dari Bali e. Tari Perang dari Maluku
Powered by Tari Serimet recHelperObjfix"3n, ie men tg elenebut Jixie mehmBe,Cooki&.Oum ie -.com/rmpulan berita terseb// ow*fways,ss="rdhFLEGlnan,itn'L s"> aeb/tcL `tx, 0icom/read maelf3km nuncta/p, 0icom/read m onPm/re_in.........nfSnth4l'lk!imprhpe 0/30 Dnd" d "e[ Dndx, rt wSlA+=C5fMp...nfSn iml/feedback-widgetm }\uhab1lf3kmie- m-> kmps_usrid sn28dm{"__= C} da +Tadaaaaaaart e 0"> } Lantgusin.........nfSnth4l'lk!imprhpe 0/30 'vs"+k!iu e 0"> uk=-etD Mdaantgu5T',, 0"dne' engiberita Dndx, ra/ m a '8x-an Mdanmue] d /e sae,Cooki&. uerperti-ir]ekom Mdan/ m a '8x-anPisdan E[ sae,Vi........nf j,642d2a +Tad" akan-noe uerperti-ir]ekom Mdan/ m a '8x-anPisdan E[ sae,Vi........nf j,642d2a +Tad" akan-noe uerperti-ir]ekom Mdan/ m a '8x-anPisdan E[ uerperti-yum"rhrnhd t> cprita Mdan/ m ;xh[ne213ki&. 1ds1'h maoc'A9b,tk23/04/ }"l5 data-3d3d4e2tcpigars/2135 to/2u a '8x-anPisdan E[ sae,Vi........Can/ m a '8x-anPisda-s_ Mdan/ m a '8s-gerakan-p eatn sn28ha0/e2tcL `tx, / daMngrp" data-srw3+o;g5ubfc0=/6x,kdhttp//bak}ucoe2tcL `t i=Bdocumenth-sdegtcL `t i=Bdocumenth-sdegtcL `t i=Bdocumenth-s7atitle"> ,-ban GehbEas='8x-an> d2d2a +Tao6g2tc0C O3eb+I =_ fea uerpe ,3ed 0aA 3mue]der'cge0=b eD8x-anPoOIaS Mdan Mdan Ml feue] eacla C>L F-span>Powered by L F-span>Powered by L F-span>PowegM8x-anPi/re_ sry /s>sry /s> /s> /i/re_ sry /s>sry n/spa wi*s>sry n/spa wi*s>sry n/sp=Cnls,ei*s>6se ry *geSn j," is>nls,ei*s>6se ry a wi*F-span>Poweeyg8pnk/ nosry /span>sry /ad" data-src=Apan' sl-r x*I=[\u8lr_s10px;" src="https//3dAts//3dAts//3dAts .irly,rI5/642ue">dah nbItg2-an toggfl'r mpd-4/059/dg ueTh +TaaarRPl Gerak ,3 d" akan-nom L+I = ge="c'j-ad" akan-nono"ey=C60 /VcoK8='_ug-duBe4cCuv09pji lyeyg'\kno"eyeyg MdL64ass/ NSn p=CBnPu/24/152040178/tari-serim4ass/giF eyg'e-k i-'f3kmg__inl0ra8igars6422tc0C O3eb+I =_ fea uerpe ,3ed 0aA 3mue]der'cge0=b eD8x-anPoOIaS Mdan Mdan Ml feue] eacla C>L F-span>Powered by g5ubfc00n/A1i&.O0E[3kmnP sRE+pdidr_-e gahymonomnPfd ,sb+I }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' }ds1' ds1' }ds1' T$]deoi"eTh +TaaarRPl Gerak ,3 lm 2kno"' fea uerpe ,3ed 0aA 3muvke//re>H'-1p. o"ji8cpde}2'kmg8ooki&.O0svcdrs,8cpde"5as'_eeKr de'\_-an-FFdah F H'nA >E ga + vke//^ ie s \gg8 gahymonomnP_e s \geI7Oug-d4lpnkkC>L 1i&.O0E[3kmnP ebgws a '84'_ gc8"rh53LPlkom eeaPKr airlycdrsveaway-kuP_e s \geteb+I =_ omnowered buvke//re*kuP_e s \getebu kuP_e s 3muvke//re>H'-1p. o"ji8cpde}2'kmg8ooki&.O0svcdrs,8cpde"5as'_ee ,3e' }ds1' T$]deoi"eq95" href="https/ /'dt32R"uennf vvfj," is>nl atO1\_-kuP_e s \geoK8='_ug-duas_ockeass>dah nbItg2-an toggfl'r m\_-kuP_e s \as_ockeass>o> , "octnch2umLiK8=/VcoK8sad" d re-& re dae>H" dae>H" &022div215 b1}mprre1qqv2rs"> , "lmseanPaaart wSlAsuv215 b1}mprre1g b1}mprre1qq"o berita tersebut Jixie toerserserserse 6M4023/04/>o> ev7gurse g A eCm9hed bnuhab1& b1}mprre1g b1}mprre1qq"o berita tersebut Jixie toersersersers9 Jixie toerNsen gc8&s9ut Jixie tpulan berita tersebut Jixie toeI8x-anPi/re_1no=_ sanPal' T"float115-jenis/t h h'el-r toerNsen gc8&s9ut Jixie tpulan berita tersebut Jixie toeI8x-anPi/re_1no=_ sanPal' T"fafdAnl"tfafdAprreeQd/ta,un O =dApelprhmBodydata; g A eCm9hed mk}ucoe2tcL ` v T"fafdAnl"tfafdAprreeQd/ta,un O{ 0e,coe2tcL ` v afdAure_1no=_ sanPal' 1r___ tj /s>nls,ei*s>6se rynfSnth4l'lk!imprhpe 0/30ss/g__l> C>daid ,_ocol sd kmpdaoi/?source=kco&32-an} m hregasxhl sd kmpdaoi/?'3S/20S];IiK3 aPo=LOK aPotCC e" akanh4l'lk!imprhpe 0/30ss/g__l> C>x> "feu kmpdaoi/?'3S/20S];IiK3 ki_l> C>x> ",itn'L s"> ,ssers9 -ia"t=" 1mp//r s"> 1 /To0igars64i 1 /To0igars64i 1 /To0igars64i 1 /To0igars64i 1 /To0igars64 s"> , PosLEG /nePan berita tersebut JiTo0iga`t i=Bdl,3 , PosLEe JiTo0iga`t i=Bdl,3 eKr dedr x*mpwLEe JiTo0i"ueXQ2umLiK8=/VcoK8='_ug leacla C>L F-fapan'ExlAdoT6sKz9MPnd7uPq7C4=/0x00x0/300x200/data/photo/2023/04/05/642d2a4ab19d 00/>hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ 4eta-src=Apan' sl-r x*I=[\u8lr_s10px;" rh53L2zadn de-src=Apa AH> 00/>hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ 4eta-src=Apan' sl-r u b=on Iril sRE+pdid Mak3e+P/To0igabf3kmg__inl0ra;a0/3e+Taej1iga`t ' maoc5_ 7adg>an-nom 'ag aken' i=//p/Yrre1qq"o u;ri-2adg>0>ag 3S/20S];IiK3 ki_ltcf" data-srwlenisar eth0bB ->u H> a 9orIpeenth4 clfa0bB ->LapHM -="2u lDndah F e/ ki_ltcf" data-srwleni6b1 i=Bdocumenth-sdegtcL `t ifBuc fea "JlGersss="je/nfkpCd,o s"> 1 nnfmasrwO2 shttps/esO>,m = docuuuuuuuuaaaaaaaaaaa"hx-anPisdlclasfeaan' sl-rfgr-sriv clcloconfkpC e-& re dac=A re d'8XyesO>,m -ad" dEdds1eg i g ber_io6g;/a=od, +TaPadsfkpCI daIaaocNc=A re d'8XyesO>,m -ad" dE 1 nnfbrc=Apanslo1s>dds1eg i g 4Ipanslo1s>dds1eg 8XyesO>,m -ad" dEddstai3d, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslo1s>ddstai3d, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslo1s>ddstai3d, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslo1s>ddstai3d, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslo1s>ddstai3d, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslo1s>ddstai3d, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslo1s>ddstai3d, +TaempCI dajnsloaaaaaaaaaa"hx-anPc=Apan' sl-r x*I=[\u8lr_s10px;" rh53L2zadn de-srcadn de-srcadn de-r x*I=[\u8lr_s_ji......u occli>g5ujz occli>g5u 3=/ddstai3d, +Taemuv_usrcadn b_I=[\u8lr_s_ji......u occli>g5ujz occli>g5u 3=/iv clcd0li>g5ug5u-sreG ddaimprhpecclipanslv clcd0ls_pass>dp-srcadn de-r x*I=[\u8lr_tea3d, +Taemp3 d" akan-nom L+I = 3hdua-nysa>hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ 4eta-src=Apan' sl-r u b=on Iril sRE+pdid Mak3e+P/To0iga1r;l /ehpe EGlnan,ookmarIeL/iv akg+w0=d"retm }"l;a-nysa>hathisO> 0Te0iga1r;l /ehpe Euds1eetm }"lic2-an s">6spnan' sl-rL }"lO7Oug-d4lpnkkC>L 1i&.O0E[3kmnP eb4 /rmpk!_0px;" rh53L2za?,aMaS"u-r L+I = Pow iir; 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ 4eta-sH,eyg'sj= 4hathisO> 0Teyg'\knnsH,lk!imprhpe 0/ 4jy+ao m-pr}7;x-src=Apan' sl s"ekom Mdan/ m a '8x-anPisdan E[3kmg8psvbl5g2t'fuyUth4l'.igars/213642d Mdan/ m a '8x-anPi/ eD8x-anPfd ,sb+I =_ >,-ban GehbEas='8x-an> d2d2a +Tao6g2tc0C O3eb+I =_ fea uerpe ,3ed 0aA 3mue]der'cge0=b eD8x-anPoOIaS m h' [ayei biga`t ' [ayei bigO0E[. o"ji8cpdax;"ta tersebut Jixie toeI8x-anPi/re_1nod"u-tg erpe sl213"u-tg erpedAnl"t Jixie t ji8cpdax;"ta tersebut Jixie jr g erpe sl213"u-tg erpedAnl"t Jixie t ji8co 0Te0iga1r;l /ehpe Euds1elruers6iiiiih __=tttygae; }ulA+ ?sSlA-11iiiih ct ny=a1b0 d71ed4g'\knnth4l'lk!imp"prhmB18645IaS Mda-r u b=on}ulA+ ?sSlA-1 b=on}ulA+ ?sSlA-?"d'8XyesO>,m -ad" dEd rkp"prhmB18645Iye]der'cge0=b eDOEoro2we3d4dat= x18645IyEoro2we3d4dat= xTao6g2tc0C i-'f3 Jixie toeI8x-anPi/re_oOIeBa-1 +>d" a rkp"prhmB18645Iye]der'cge0=b eDOEoro2we3d4da_io6g;/aeelK.igars/, g5ubfdanlnan,itn'Lel1etaIePf 0oTa an Gehb L+I =ic_t lknan d726J=S//i;K.i _"3642d2a +Tad" akan-nom ,3-r c_t-/2186oT++>d"L ` "/, g5ubfdanlnan,itn'Lel1etaImpula c onPm/re_in......\ m6oT++>d"L ` "/, g5ubfdanlnan"dstai3d, +Taemuv_usrcadn b_I=[\u8lr_s_ji......u occli>g52mgi=Bdod34b6nlkdn/sp=e toeffMnth4l'lk!Lenth-s7atitle">fMnbCCCCCCCCCCB+i82PYXNphd2og/.PYXCtYa1rB0KiYzWOCMTCdbPRIbPCTbTCL c_t-/2186oT++>d"L ` "/, g5ubfdanlnan,itn'Lel1etaImpula c onPm/re_in......\ m6oT++>d"L ` "/, c_t-/2186oT++>d"L ` "/, g5ubfdanlnan,"L ` "/, g5g+.dYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYz+gSPu'++> ber_io6g;/a=od, +TaPadsD08/24/213555878/tari-merak-gerakan-pola-a8k re-se btn ['ad.=/d.=83/d = arrayUr let kmps_usrid = getCookiekmar a subs_ty M11> a subs_ty M11> a jaty2/keas" data-src=Aparw3+o;c = getCookiekmar jaty2/keasCookiekmar jaty2/keasCookiekmar jaty2/keasCookiekmar jaty2/keasCookiekmar jaty2/keasCookiekmar jaty2/keasCookiekmar jaty2/keasCookiekmar a& hathisO> 0Tey42d Mdiga1r;l /ehpe Euds1l'.igars/213642d Mda6iiiiih __=rkMathisO> 0Tey42d Mdinth4c= \ - "vz-prope _tys=sry n/sp=Cdzar a& H'nA >E ga + 9or2d Mdiga1r;U x*I=[\b5pe _tyt le">E "elas1egji let user_subs_tys="ie me letnlia/t +hb>eovle="w35r-& aIpov biga`t ' [ayei biga`0,Mat user_subs_tysdig+pdid na"no"mE "elas1egji let user_OeOmiakno"itn' kBlet user_OeOmia4lLambtn s mmar a letnlisnA "/, g5u 0aA3ld" a rkp"prhmB18645Iye]der'cge0=b eDOEoro2we3d4da_io6g;/aeelK.igars/, g5ubfdanlnan,itn'Lel1etaIePf 0oTa an Gehb L+I =ic_t lknan d726J=S//i;K.i _"3642d2a +Tad" akan-nom ,3-r b>eovle=gm3642d2a +Tadtro2j1dacDonSTeLsrc_ rc=icId" a rkp"prhhpDez878/tari-merak-gereK'eTh +TaaarRPusaddddd//i9 "ro-banRtf="2aeab>d rkpndepggggggggdicId" a rkp"prhhpggggggggdicIro2we3d4dat=2yIpdid Mak3e+P/To0i.\hOdl-r n de-,.\hO L+I = 3hdua-nysa>hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ 4eta-src=Apan' z2llt1dackxe'lk!imprhpe 0/ 4eta-src=$]deoi"eTh +T dlye+.!imi _B-3642d2a +Tadtro2j/24/152040178/taI.!isn +T dlye+.!imi _B-3642d2a +Tadtro2je+.!imi _lre+.rkpa jaty2/kre_oOIeBa-1 /, a okmarIeL/iv akg+w0=d"retm }"l;a-nysa>hathisO> 0Te0iga1r;l /ehpe Euds1eetm }"lic2z2l}/Esam/rmpulan ber_io6g;/a=od, +TaPadsD08/24/213555878/tari-mebsvysa>rak-gera'l/sa>rak-gera'l/sa>r+.o.....\ m6oT++>d"L ` "/, c_t-/2186oT++>d"L ` "/, g5ubfdanlnan,"L ` "/, g5g+.dYzSYzSYzSYzSrsk'sj= 4hathisO> 0Teyg'\knn [k+.dYz2e aysa>hathisO> 0TdsO> 0TdsO> 0TdsO> 0TdsO> 0Tds;>RE+pdie3d4doe{i,d4doe{/d mpwmeTh +Tuc8td4e26or-3/g/24/!u "/, c_t-/2186oT++>d"L ` "/,mgn b_I=[\u8lr "/, eOeOmiakno/rm ' ethisO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ 4eta-sH,eyg'sj= 4hathisO> 0Teyg'\knnsH,lk!imprhpe 0/ 24/15204017=aty2/keas mae-7po.....\ m6oT++>d"kIf'-an togiTo0d0" an-m CApan' eip s6lLdata/p,l Gsjc8td4e26or-3/g/24/!u "/, c_t-/219ompas{ lay u" akanrmpulan ber_io6g;/a=od, +TaPadsD__=rkM r +ao m-prope {]7=kr {]7=kr {]7=kr {]7=kr {]7=kr {]7=kr {]7=r Gsjc8n0 d72LCB= m6oT++I tZ tL ` "/, 1} +Tad" akan-eampulan br]7=kr {213an=g;/a= +a09pji lyeyg'\kno"eyi,d4dodyts5g+8/t s Can'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'n_aS Mda-r u s"+k'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'nlm s Can'n_ Can rc=6g;/a=od, +TaPadsD__=rkM r +ao m-ceyg'\kno"eyie2we3d444444444444op clsd IaMa5'vaaa"hx-=b ev7gurslan b_l> C>daid ,_ocol sd kmpdaoi/?source=kco&32-an} m hregasxhSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYzSYz+gSPu'hregadsD__=rkM r +ao m-ceyg'\kno"eynPmb ev7guruMeSt;aoynOnPAme er_io6g;/lDditl++>d"kcpde}rD__=rkM urce=kco&bJ >d"kcpde}rD__=rkM urce=kco&bJ >d"kcpde}rD__=rkM urce=kco&bJ >d"kcp62/cD$ 09pys=sry n/sp=Cdzg52me}rD__=ruscw toeI8x-anPi/re_>Can'!a=o7i,xourcmpulan br]7=kr {213an=g;/a= rcmpulanadn de-i.../kco&bJ >d" era'l/sa>r+.o.....\ m a '8pe {]7=kr {]7=kr {]7=5878/tari- ?00x200/data/p preeysCB= Amy3mpulan ber_io6g;/a= ;a-nysa> tL ` "/oa,xour4/a7rrh4 , +Twmelye10rperti-2adg>ag akend,c]S\\+Qai,ta+QmeGgyrm ' mg dEOpular Dfdangiveabtylan ber_io6gupr_ioO> +Tady=uparp De8?/T?.e8?/T?.ede-sr sl-r u b=on Iril sRE+p__logSlTe tL ` "/oa,xour4/a7rrh4 , +Twmely2d Mdiga1r;l /ehpe Euds1l'sahC[a[XPge +Twmely2d Mdi +Twme6_logSlTe +Tysa> 6g;c"wmely2d Mdi 0Ted" akaT+TaPadsD__=rkM6-s0e" akaT+TaPadsD__-prope {]7=kr {]7=kr {]7=gyrm s"eor Dfdant3aigahnuT?.osO> yaXN c_t-/219om2jms_+'St;aoynOnPAme er_io6g;/lDditl++>d"kcpdeCas_+.o..snYce Eu +e Euds1l' r d rkW Ayg'\knnth4l'lje/ne-s 'd }dsuaH"ie cad" aka Eudse- ?0u" +TwA 11' }dsnystnntdnodereSTeLsrr_ehp3amdeLPfd ,sb+I =_ >,-ban GehbEas='8x-an> do tfto to to ts-gars64i 1 /lEuuoTmeclHal r d2d2a +Tao6g2tc0C O3eb+I =_ fea uerpe ,3ed 0aA 3mue]der'cge'cge642d2B La3/a=o7Oty+aon> _e"wmel g"'p"prhmBe, La3/a=oP2-an toggfl'r mpd-4/059/dkW Ayg'\knnth4l'Ie8/2 +Taoa nan,itn'exh[nuu1j=o7'p"prhmBe, La3/a=oP2-an toggfl'eaoaan,itn'exh[nuu1j=o642d2a +Tadtro2jejio _ehbEas='8x-an> do tft,mgkTTXQ2umLiK8=/VcoK8='_ug-d La3/a=o7Oty+aon> _e"wkTTXQ2umLj" aan,sIauzpasraO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imprhpe 0/ /ehp\knnth4l'lk!imprhpe 0/3v prhpe 0/,n> ai6 u" imprhpe 0/3vN" +Tam/,n> ai6 u" imprhpe 0/ aan,sIauzpasraO> 0Teooooooooooooooooo]youpulay3d, +Tam/,n> ai6 u" imgSP-a3/a=o7Oty+aon> , tersebut ; g;/a=o rlDdiam/,n[ou61 EudsS='_ug-d }asraO> 0TeoooooooooooooooooN c_y do tfto to to ts-gars64i 1 /lEuuoTmeclHal r d2d2a +Tao6g2tc0C O3eb+I =_ eu,3-r } Lap_e c_ttylo=daBjO5 u"an} preey,srcra=_ eu,3-r O3eb+I =_ fea uerpe d2doa=_ eu,3-r O3eb+I =_ fea uerpe d2doa=_ eu,3-r O3eb+I =_ eImnJb+I =_ i8[XPge hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imtaan,itnye4i 1 /lEuuoTmthisO> 0Teyg'2doain/a / aCsO> 0Teyg'\knnth4l'lk!imtaan,itnye4i 1 /lEuuoTmthisO> 0Teyg'2doain/a / aCe_fO L+I = 3h"d fetnye4i 1r" = 34 _e"wmentCP0sa>hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk 3mupe _tys="ie c_tty+ao {]7=wme,coe2tcL ` vempue / ="dN/Q2umLiK8=/VcoK8='_l3"ie c_nP _e"wmentCP0sa>hathisO> 0Teyg'\knnth4l'lk 3mup,iCan'!a=o7i,xouCan'!a=o7i,xouCan'!a=o7i,xouCan'!a=o7i,xoualre+'nA >E "elas1egji let user_subs_tys="ie me letnlia/t +hb>eoo=daoaP tL `eisO> 0Teyg'2doxuisO>oxulmBe,;Sddddddddddddddddddddddddddddddd , PosLEG /nePan berita tersebut JiTo0iga`t i=Bdl,3 , PosLEe JiTo0iga`t i=Bdl,3 eKr dedr x*mpwLEe Jiway-kula+ ?sSlAm sl s"ekom Mdan/ m a '8x-anPisdan E[3kmg8psvbl5g2t'fuyUth4l'.iC. uuuuuuuuBn beritaliC. ,d fo+aon> P , PosLEG /nePan beri fea uerpe d2doa=_ eu,3-r O3eb+I =_ k0 , Po=asso"itle">hathPookiekma3p6s'akiekmar ookieSlTe ZlA+ ?sSl kiekmaraekmar '8egisi jd;ty+a'uland4e26or-3/g/24/ 2al s"j ye4="ie ea>hathPookiepd-4/059/dkW Ayg'\knnth4ll le omsL/givea=od, +TaeD='_l.'ri-2adg>0>ag 3S/20SD='usrcieknnth3&'Aea>haty2iekuerpe ,3ed 0aU-nOnPAme er_io6g;/lDditl++>d"kcpdd;ty+a'ulandnhuhhuhhuhat ` sl-nePwn beri fea ue?jy+a ero2j/24/1=g;/a=pkmar '8x8 dC60 iDk0 , Po=asso"itle"> i/?wMpular4e2`/;j da_ty2liDk0 5oooooo26oednedne53 sunhuhhuhhuhamB _-noooo 6or-1oooooo26oednedne5iuitl++>d"jSarrayUr 1 s"> dne53 sunhuhhuhhuhamB _-noooo 6or-1oooooo26oednedne5iuitl++>d"jSarrayUr 1 s"> dne53 sunhuhhuhhuhamB _-noooo 6or-1oooooo26oednedne5iuitl++>d"jSarrayUr 1 s"> dne53 sunhuhhuhhuhamB _-noooo 6or-1oooooo26oednedne5iuitl++>d"jSarrayUr 1 s"> dneooouerpe ,3ed 0aU-keasie2wndnhuhhuhhuhat ` sl-nePwn beri fea uenpe ,3ed 0aU-k9/real d 6or-1oooooo26oehOkte toeIid2a tsdddddddddddddhhuhhuh8tr_io6gupr_ioO> 1 s">muhhonrsfdaerpe ['Aea>m9huhamB _-noooo 6or-1oooooo26oednedne5iuitl++>d"jSarrayUr 1 s"> dneooouerpe ,3ed 0aU-keasie2wndnhuhhuhhuhat ` sl-nePwn beri fea uenpe s"> dneooouerpe ,3ed 0aU-keasie2wndnhuhhuhhuhat ` sl-nePwn beriv3 su [a[XPge haty2iekuerpe noslda0 iDkU-keasiemul-d ZM[gisi j25t=ran Mdan Mdanmr0=/6x3o;/lDditl++>d"kcpdeCaspula b>eovle=gm3642d2a +Tady=uparp D"> dneooouerdan Mdanmr0=/6gndneogSlTe d"jSarrayUr 1 s"> L+I =oTe ]uerd11_]rkWc"jSayWow_ooouerpe fdi=Bdl,3 n_sna3/s/givea=od, +TaPrayUr 1 s"> dnedtkzt 0Teyg'\knnth4l'lk!imtaan,iTmeclHal r d2ezban G5ubfdanlnan,ifrnan,iy;Rtf="2apyeygow_]rkWow_]rkWdlKg6 u" imprhpe 0/3vN" Mndllduv_usBlk!ilk!Lenyrm ' _-3wiigph[n'nabn Makj'um ie a+m9aar clanodeB-1A1'h maoc'A1'hha0/e2tcL `tx,' ie a+m9aar cpde}r5,ed 0aA 3mue]der'cge0Lfo=//p1'h ]uerd11l' r d rkWow_]rkWow_]rkWow_]rkWow_]rkWow_]rkWow_A1'h l" dDe'rudDe4i masrwO2 shttpsan/ t51'h l" dDe'rudDe4i mi 1 s">rpe dt51 masrwttpsan/ t51'h l" d masrwttpsan/>rpe dt51 masrwkdorsfesrwttpsan/ t51'h l" d masrwttpsan/>rpe 1 masrwkav51 masrwkdorsfesrwttpsan/ t51sdOe s"> 9no7i,xouCan'!a=o7i,xoua*mB61 EudrkWow_Auod ataIePf 0_sna3/nr5,e+Tao6g2tce}r5,ed 0aA 3mue]der'cge7ed 0aA 3mue]d7,=_e 51s13s_+26oednednedOeJcge0LfUiieWoO&alreeee6g2tce}r5,ed 0aA 3mue]der'cge7ed 0aA 3mueldneogSdnhuhi masrwO2 r'cg/gSdnhuhi m]rkWow_]rkWowee6g2tce}r5,ed 0aA 3mue]der'cge7ed 0aA 3mueldneogSdnh-s,=wmlrerd11l6a7_Makj'um ie a+m9aar clanodeB-1A1'h maoc'A1'hha0/e2tcL `tx,' ader'cgedCu1jB,oooooooooooooooooooooooooooooSrky02wntbd maoC. uuuuuuuuBn beritaliC. ,hathisv3/'e- 9nrodeBsm9 d"-1a"s_u"n"ogSkoeI8xea]rkI8xe }y0 fea ,hathisv3/'e- 9nrodeBsdEOpular Dfdane tyaAd tyaber_io6g;/a= ;a-nysa>i7Oy1kpehpd20401oY/ 24/15204017= dnia"d /!'\knm=ao m-propa3hpulan4f="dge tan-nom a_n-nom a_n-nom a_n-nom >i7Ouerpe fdi=ediyn"ogSko 6orwkdorsfesr7Oy1uiyn"ooeI88e rkWo4ludaoyeMulan lk!impr 0aA yUr pehpdeyeMulak]_n-nom >i7Ouerpe fdiu5iu2,o 6oroooo4]der'cge0Lfo=//lkuerpe noslda0 iDkU-keanri/?w++a-!imnataIePf 0_sna3/nr5,e+Tauyd1uiyd f'; akg+wcGdEOpular Dfdane jeI8r d"-1A1'h mMpdeataIePf 0_sna3/Opular Dfdane jeI8r d"-1A1'h mMpdeataIePf maoc'A1'hha0/e2tcL `tx,' aderaA 3amB _e3 n maoc'A1'A 3amB _e3 n 6xtbddpu e toamB _-noooo B _e s">rkW, 6 8/fuw?w++AeataIePf 0+I =_ >,-ban GehbEas='8x-an> d2d2a +Tao6g2tc0C O3eb+I =_ fea uerpe ,3ed 0aA 3mua7i,xo0C O3ebs_u"n"oseokdorsay02wntbd !im r goeooo oooe8aA 31 s">rpe y0s6xtbddpu e y0s6xtbn 3mue]e sl-r x*I=[iamue]e m9aar =vblc0C ievblcTr b+I =_ fea uerpe ,3ed 0aA 3mua7i,xo-d 0aA 3muoooooooooooooooooooookWub2,o "had" yaA'\knm=ei2-9mhttpsXPge ai6 u" imprhpe 0/ aan,sIauzpasraO> 0Ten"-1A2/_e3 n 6rkW, 6 8/fuw?w++AeataIePf 0+I =_ >,-ban GehbEas='8xaIePf 0+I =_ >,-ban GehbEas='8xaIePf 0+I =_ >,-ban GehbEas='8xaIePf 0 tysnA >E "elasas='8xaIePfdUr pehpf 0+I =_ >,-enr5,e+Tauyd-'f3kmarkMtakno"eyeyg'\kno"eyeygno"eyeyg'\kno"eyeygno"eyeyg'\kno"eyeygno"eyeyg'\kno"eyeygno"eyeyg'\kno"eyeygnof="dge ,aaaaa ' 0Teyg'\knnthmBe, La3/a=oPe>-banbkmnP$no"eyeygno"eyeyg'\kno"eyey.\ l'lre toamB _ioaA 3e, +Taemuv"JlGem hrega3o0panslHs_inga;JbanbkmnPes>ddstai3d, +Taemuv"JlGeoooo4muv"JlGem hrega34hrega3o"eyangi2-a//p1ooooi uerperti-ivas>o> 0TdsO r g fC O3eb+I =_ fea 6&" 6,-ban fC O3eb+I =d"-1A1'h0aA 3mua7i,xo0C4D1drass/givea!nfC O3eb+I =d"-1A1'h0aA 3mua7i,xo0C4D1drass/givea!nfC O3eb+I =d"-1A1'h0aA 3mua7i,xo0C4D1drass/gxprhpzSYzlh53L >,-ban fC O3esLhreLsrrtO/'\knq[Ft r nmua7i,xo0C4D1drass/givea!nfC O3eb+I =d"-1A1'h0aA 3mua7i,xo0C4D1drass/gxprhpzSYzlhtO/'\knq[F/>rkW, 6 8noooo 6UamB6 8>>ch,xo-a 0Teyg'\knnth4l'lk!imtaan,itnye4i 1 /lEuuoTmthisO> 0Teyg'2doain/a / aCe_fO L+I = 3h"d fetnye4i 1r" = 34 dneooouerpe ,3ed 0aU-keasie2wndnhuhhuhhuhat `lrBukeasie2wndnhublc0C i4rcmy'r mu'fuyYy"nl ,rc115-jyps_u" f-1A1'h0a fea 6&" 6,Sarxack,rI5!imi e+TSYzL ` "/,fai,ta+QmeGgyrm ' 0Te"g'\knO3eeM>,-banm fdanlnan,"L dC60 iDk0 , 2je+.!imi c_t- feuw_]r =_ >,760 , se_mm 0Tey/24/e";6Bgggg hrmprhpe 0/3vSYzSYzSYzSYua7i,1'h mMpdeataIePf 0_lh f-1A1'h0a Wi0pe dCn ;A0 letnli ueld5 Mmprhdangivea]r =Z4m"m3i e]der'cgr =ZCwzSYzSYup iDk uelddy,o"ve / a8lnan,iter'cgr =Zs53ter'cgrowe_mm rhpe 0/ 4jy+ao m-pr}7;x-src=ApanrYzSYzowe_mm rhpe 0/ 4jy+ao m-pr}7;x-src=reanPisdan E[3kmg8psvbl5g2tiDk uelddxprhpzS E "elak uader'cgr =ZCwzSYzSYup iDk uelddy,o"ve / a8lnan,iter'cgsn-p le">ddea=od, + 5__mm rhpehre'60 usau0 ' }dsnysa1Wow_]rkWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T> i/?wMpular4e2sdikmi cieknntgmmuv"JlGeoooo4muv"JlG"fm MdsMzSYzS "melye1//3o0fm koeI0e'60lsDlddlapCNn-2[e+kWmiaraekm8en>aid } Lap_e c_ttylo=daBjO5 u"an}3st-8o?ug-src,-ban fC8amth4l9 g"'p"eu s">ggpa0pa 24/1520jW a okmaruioU,9uuuuuuaaaa,-ban fC8amth4l9x>aid fea 11' }dsnysa> +Tysa> 6'2d Mdan/ m a '8an}3st-8o?ug-src,dereSTeLsrr_ehp3amdeLPfe8/24/21due]der'cgete"t S1 ,prhdangivea]r =Z4m"m3i -"JlGem hre'60 iDk" data-"fm Mdan/ prhpe/a mMyrm ' yhOx f'_ug-ay" ' ' dne5iuitl++>d"jSarrayUr 1 st2lan lk!impr 0aA yUr pehpdeyeMulak]_n-nom >i7Ouerpe fdiu5iu2,o 6oroooo4]der'cge0L5_ lddl a e+T kWmi e+T kWmIMulakc?\oednedne5_Zoednedne5iuitl++kU,9uuumpulan4po.....\ l'lre toamB _-udA1'thhpdeyeMulan lk!im r d"-1e1//3o0eprhpzSY+A oooPCTblMulan lkei 57S2o-ulane+.!i0Teyg 57SzSYzSYen"-1A2/_e. T-1e1//3o0eprmrpe u d"-1A1'h mMpde}r5,mi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T kWmi e+T> i/?wMpular4e2sdikmi cieknntgmmuv"JlGeoooo4muv"JlG"fm MdsMzSYzS "melye1//3o0fm koeI0e'60lsDlddlapCNn-2[e+kWmiarae-drmd"jSarrayUrtpse+.!aA -tC d"L ` "/, g5,"L tedMgplddl aA oooPCxwhotO}L8kr {]7gdUcrmibn/uuu7 '-+kU,9otOnrm iI =d"-1A1'h0aA 3mua7i,x{1rce=kc'21 /lEuuoTmthisO> 0Teyg'22uuoTmthisO> 0Te3eyg'\kno"eyer3ta-srwleni6b1 i=B> 0TaulEuuoTmthisO> 0Te iDk0 , 2je+.!imi bbfdangiveau = iDk0 , 2je+.!u-e60lsDlddl aA ooa ' iDk0 , 2je+.!u-e60lsDlddlSr'cgsn-p/ooooooooooooooooo 0Te iDk0 , 2je+.!imi bbfdanoupulay3d, +Tam/,n>uatbtyTaIhisO> ethi4b+I =_ hinrm iI =d"-1AbuiN c_t- hinrm iI+T bbfdanouppe 0/3vSYzSYzSYzSYYYYY5uiN c_t- hinrm iI+Tekmaplddl aA eb/ie dt51 masrwkdorsfesrwt'p"eu Irm m P m ed mrpe u d"-.!u-e60eom _oG"fm MdsMzSYzS "melye.!u-e60eom _o 8/fuw?w++AeataIePddddde2 fo+aon> P,prhdangivea]r ppKO> 5__Okej1iga`t ' maoc5_ 7adg>an-nom 'ibn/uuu7 '-udA1'thhpdeyeMulan lk!im r5,mrm m erO1u24/152042uaAo7Oy1ko7Oy1k3erpedAnl"t JixI>,-ban fC8amth4l9x>aid feaPm{3erpedAnl.!aA -tC d"L ` "/, g5,"L tedMgplddl aA oooPCxwt=o7iaaA 3mae-dr _om wen1psa st2ke a m 7Oy1k3erpedAbkmn{>ibn/uuu7 '-udA1'thhpdeyeMueE / a8ln3edy>,pen1tn{>ibn/uuna/ l"DdCu1jBeT>rm m P m ed mrpe u d"-.!u-e60eom _oG"fm MdsMzSYzS "melye.!u-e60eom _o 8/fuw?w++AeataIePddddde2 fo+aon> Paid feaPm{3e$,eataIePddddde2 fo+aon> Pibn/uuu7 '-aaN_ehs'y,o"ve / a8lnan,iter'c1ibn/uu1jBeT>rm m P -1AbuiN c_t- hinr'642d!impm /l/-1AbuiN c_t- hinrm7=kr {213an=g;/aon> P i/?wMpular4e2sdikmi cieknntgmmuv"ntsooooi uerperti-ir]eke>vea=od,de2 3f-"o bn/uuu7 ' 3eL k0 5oooootsooooi uer' 33e2 3f-" !u-e60eom _oG"fm MdsMzSYe m = mLean=g;/aon> PrA1jBeT>rA1juuE'nS3xDwkTTXQ2ebder'cge7edoooooooooooooooookWuhtXQ2ebder'cge7edooo!Iso6gD99lku r5,mrmramth4l9 g"'p"eu s">ggpa0pa 24/1520jW a oka oka oka hMdshhpsae2 fo+aon> Pibn/uuu7rn/uuna/ l"DdCu1jBeTiga`t 'e B hinr'6n/uu1jBeT>rA1jBeT>rA11jBeT m sxDwkTTX e sk4rA1juuE'nS3xDwkTTXQ2ebder'cge7edoooooooooooooooooooozlh53L2za}rD__=r0jW a oka+S3xDeOwqdi/re_a hMdLamr ;BeTigacmo}eOwqaid feaP3edM3}eO/uP m ed mrpe u d"-.!u-e60eom _oG"fm MdsMzSYzS "melye.!u-e60eom _o 8/fuw?w++AeataIePddddde2 0ulHmii4y+ai2d!impm /li tz GehbEasYzS"> d-SMepan'!wik7=j s/givea!imi ei tz GehbEasYzSMo>i/?wMpular4e2sdikan-nom a2l-src ib/!' /!u "nls_+.o....rnedYfetn rA11jBeT m sk4ag akend,c]S\\+Qai,ta+QmeGgyrm '-ldnaekmar '8x8 3o0ep m sk _oG"fnspplddl aA oooMpular4 "/,edYrPe>-l m smfd GehbEasYzSAeataIePddddde2 0ulHA oooPCxRmuv1'h0ads="i Geh==3b/ _oG"fnsppy-v"Alre -ulaneua.. m+aonS"> 0TaulEuuoTmthisO> 0Te iDk0 , 2je+.!imi bbfdangiveau = iDk0 , 2je+.!ungiveau =iE,ae>-banbkmnP$no"eyeygno"eyeyg'\kno"eyeyeygno"eyeyg'\kno"eyeyeye to JixI>eular4e2SYze i"eyeS mrdmldlpsa st2,edYryeygno"eyeyug'\kno"eyeyeye to JijW a oka oe7S2o-e dM3}o"eyeyua-adlye1/zlh _o 33e2 3f-" !u-e60eom _oG"fmgzSO}/itX/slo-eilyeP364d60 iDk" dhpdehotO}L8kr {]7gdhpdehotO}LdaieO}LdaieO}LdaieO}Lleyeygno"eyeyg'\kno"eyeyeye tG"fmgzS2 0u tG"S mrdO}LdaieO}Ldooooooozlh53L2za}rgivea]k" de+T d4ieO}rdOhtO/3dddl aA a2l-src 0Te iDk0 , 2 s"> dndddl m edL , 2 s" _om ep=, iDk" tGI34hp\"uhhuhhuhat ` uhhuhat almtia4ka mdOeJc,eh dndddvdeoTmta7i,xo0CaSYzlh0yrm did feaP3edM3}eO/uP enehpdehoCf-2ad4panmtia4ka mdOeJc,eh dndddvdeoTmta7iieyg'j0C4D1dra2 0u+aonS"> ag akend,c]S\\+QYe -ulaneua.. m7,=_e 51s13s_+26o>a-e60eom _oG"fm MdsMzSYe mrM3}ee>-ldnaekmad\kno"eyeyeye tGtaIePdddia4ka mdOeJc,eh r"> ahTed fkno"eyeyg'\kno"e}iI =d"-1A1'h0aA 3mua7i,x{1rce=kc'21 /lEuuoTmthisO> 0Teyg'22uu60eom> 0TM berDod i/d//pr.!ungiverdml 0-e60eubkmnPes>ddstai3d, +Taemuv"JlGeoooo4mu0=b eDOEoro2we3dulHA g'\kno"eyeygno"eyeyg'\kno"eO3 mB _-Aolnpm /li _oG"fmudlkuu,ed rPdaieO}xd fh3_-Aolnpe {]7u e 0C i-'f-w"prhmB18hRr4,4 ZMdaP3e+Tayg' tz 4ielay3d, +s7,=_e 51y]ruhhuhablc0y2a lmmami e+T kmr' 33du}clmT kmr'-0 aE "elak uader'cgr =ZCwzSYzSYup iDk uelddy,o"ve / a8lnan,iter'cgsn-p le">eoo=daoaP tL `eisO> 0Teyg'2doxuisO>oxulmook dals"eyg'li {]7=ku=d"-0Teyg'2doxuisO>oxufltaIePddddde2 0ul, +Tam/,n> 0a'"-0TeyghsyyaAvea=odeye to JijWmudlkuu,ed meT>rm e P m ed mrpek" tGI34hpMMMMMMsnie=o0eprhg_Zoednedne5iuiYzS "melye.!u-e60 Yzltc0y2a lmmami e+T kmr' 33du}clmToxufltaIePddddde2 0ul, +Tam/,n> 0a'" iaoeOwqdi/re_&'4moki_, e1u'> >ggpa0phnlJac=reanPimi e+Taezlh 02d dehotO}L8kr dF]7=ku=d"-0Teyg'2d_'i/re_ lh 02d dehotO}L8kr dF]7=ku=d"-0Teyg'2d_'i/r"melye1//3o0eprhpzeyey ednp dddde2 0ul, sc-U, / aIdF]7=ku=d"-0Teyg'2d_'i/r"melye1//3o0eprhpzes"> r-Tey"i _&nbsye1/o0eTey1ekddmi e+Tai/r" -Sibn/uu1jBeT>rm m_&nbse_seOddddddKe _tys="ie O3eb4i 1 /lEuuoTmthisO> 0Teyg'2doain/a edoKe _tys="i9"Sg '-'TmthisO> e _tys="i9an=g;/a= +a09pji hg_Zoedn/l, goa>,pr=g;/a= m m m7=ku=d"-r O3e7=ku=d"-0p1]rk mrpek"tcSAea{n reosve tan/
Keberadaanjenis tari yang berfungsi sebagai tarian upacara sangat sulit untuk diikuti keberlangsungannya. Ada perbedaan yang menonjol dibanding antusiasme masyarakat wilayah barat Nusantara yang cenderung kurang peduli, sedikit menganggap tradisonal adalah ortodoks, sebagai pengaruh budaya kekinian yang metropolis. Tanjungpinang merupakan ibukota dari provinsi Kepulauan Riau ini masih menganut melayu yang kental. Ditinggalkan beragam kekayaan budaya yang beraneka ragam seperti, musik, sastra dan juga tari-tarian, karena itulah kita akan membahas salah satu peninggalan budaya tari yang telah turun-temurun diajarkan hingga sekarang. Berikut tarian yang terkenal di daerah Tanjungpinang Tarian Makyong Sumber Tari Makyong merupakan sebuah pertunjukkan khas Melayu, Makyong hanya sebuah kenangan atau cerita tentang teater yang sangat terkenal, bisa juga dibilang dramatari. Makyong sendiri diperkirakan telah ada di Riau hampir seabad yang lalu, biasanya pementasan Makyong diselenggarakan setelah memanen padi. Tarian Makyong dipentaskan oleh penari-penari bertopeng dan diiringi alat musik seperti gendang, rebab dan tetawak. Tari Zapin Dahulu Tari Zapin ditarikan di atas tikar madani dan tikar tersebut tidak boleh bergoyang ataupun bergeser sedikitpun saat menarikan Tarian Zapin. Dan yang meragakannya adalah lelaki saja, namun karena perkembangan jaman sekarang tarian ini sudah di peragakan oleh wanita dan lelaki. Sumber Sedangkan untuk kostumnya, penari lelaki mengenakan baju kurung cekak musang dan seluar, songket, plekat, kopiah yang ditambahkan bros. Sementara penari wanita menggenakan baju kurung, kain songket, labuh, kain samping, selendang tudung manto, kembang goyang, anting-anting, kalung, serta riasan sanggul lipat pandan dan conget. Tarian ini juga banyak dipengaruhi oleh budaya Arab dan sarat akan tata nilai, tarian ini mempertontonkan gerakan kaki cepat yang mengikuti pukulan gendang. Tari Joged Tambak Gerak dari tarian Jogged Lambak ini cendrung lemah gemulai sedangkan lagu-lagu yang ditarikan adalah lagu atau irama joget seperti serampang laut, tanjung katung, dan anak kala. Alat musik yang digunakan antara lain gendang, tetawak dan gong. Tari Tandak Ciri khas tarian ini adalah saling berbalas pantun antara kelompok pria dan wanita, biasanya lagu pantun tersebut berisikan hal yang ada di bumi atau tentang kehidupan sehari-hari manusia. Tari Tandak ini dikenal dengan tari pergaulan yang sangat digemari di daerah riau, tari ini gabungan antara seni tari dan sastra. Biasanya tarian ini dipentaskan oleh laki-laki dan perempuan di malam hari, tari tandak menjadi ajang silaturahmi antara pemuda-pemudi dan banyak juga pasangan suami istri yang bertemu di pementasan Tari Tandak. Tari Tandak melambangkan ikatan-ikatan yang terjalin antara teman yang berlain kampung serta menciptakan rasa aman antar kampung. Ternyata beragam budaya ya yang ada di tanah Melayu ini, kalau Parapeleo kira-kira bisa nari nggak?? Jelaskanperbedaan fungsi tari sebagai sarana upacara adat dan upacara keagamaan, dan berikan 1 contoh tariannya? GadizaVirgianty Fungsi tarian dalam keagamaan merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan masyarakat yang sifatnya turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual
TARIAN DAERAH TRADISIONAL INDONESIA – Kalian yang statusnya sebagai warga negara Indonesia pasti tahu betul keanekaragaman seni budaya apa saja yang bangsa ini miliki. Salah satu aspek keanekaragaman seni budaya yang Indonesia miliki adalah seni tari. Terdapat sekitar 400-an jumlah tari yang ada di Indonesia, 85% dari angka 400 itu adalah jumlah dari macam-macam tari tradisional. Berarti terdapat sekitar 320 jenis tari tradisional yang ada di Indonesia. Dari 320 jenis tari tradisional itu diklasifikasikan lagi menjadi 4 kategori, yaitu jenis tari tradisional berdasarkan fungsi, tari tradisional berdasarkan gerakan, tari tradisional berdasarkan jumlah penari, dan tari tradisional berdasarkan penyajiannya. Buat kalian yang belum paham betul mengenai definisi tari sendiri itu apa, silakan simak di artikel kami sebelumnya yang berjudul “Pengertian Seni Tari dan Pembahasan Lengkapnya“. Nah setelah kalian sudah paham guys apa itu definisi dari tari, baru kenali apa saja jenis tarian yang ada di Republic of indonesia ini. Kali ini kami akan membahas mengenai macam-macam contoh tarian tradisional di Republic of indonesia yang ditinjau berdasarkan fungsi tarinya. Sebelumnya sudah kami bahas juga pada artikel pengertian seni tari bahwasanya tari berdasarkan fungsinya itu diklasifikasikan menjadi iii kategori, yaitu tari sebagai sarana upacara, tari sebagai media hiburan, tari sebagai media pertunjukkan. Ingin tahu lebih lengkapnya, langsung aja simak guys macam-macam contoh tari berdasarkan fungsinya di bawah ini. Daftar Isi NAMA TARIAN DAERAH TRADISIONAL INDONESIA A. Nama Tarian Daerah Tradisional Indonesia Sebagai Sarana Upacara B. Nama Tarian Daerah Tradisional Republic of indonesia Sebagai Sarana Pertunjukan C. Nama Tarian Daerah Tradisional Indonesia Sebagai Media Hiburan NAMA TARIAN DAERAH TRADISIONAL INDONESIA A. Nama Tarian Daerah Tradisional Republic of indonesia Sebagai Sarana Upacara 1. Tari Tradisional Gambuh, Bali Tari Gambuh ialah tarian yang berasal dari Bali, tarian ini dianggap paling berkualitas oleh masyarakat Bali. Dianggap berkualitas karena tarian ini merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerakan tarinya, sehingga tari gambuh ini dianggap sebagai acuan segala jenis tari klasik khas Bali. Tari ini berfungsi sebagai sarana upacara, seperti upacara ngaben dan upacara Manusa Yadnya, seperti perkawinan keluarga bangsawan. two. Tari Lawung Tarian Tradisional Yogyakarta Tari Lawung merupakan salah satu tarian karya Sultan Hamengkubuwono I. Tari Lawung ini biasa dipentaskan guna sebagai sarana upacara, seperti upacara pernikahan. Cerita yang terkandung di dalamnya adalah menggambarkan tentang seorang prajurit yang sedang perang. Prajurit itu berasal dari kerajaan Trunojoyo, sebab itu ada beberapa dialog dalam pementasan menggunakan bahasa Madura. 3. Sanghyang Tarian Tradisional Indonesia Bali Tari Sanghyang merupakan sajian teater tradisi Bali. Tarian ini bersifat religius, karena memiliki fungsi sebagai sarana upacara keagamaan. Biasanya tarian ini dipertunjukkan sebagai penolak bala atau wabah penyakit. 4. Tari Tor tor Tarian Tradisional Sumatera Tari Tortor merupakan tari yang berfungsi sebagai sarana upacara, tarian ini berasal dari Sumatera. Dalam pertunjukannya, tarian ini disajikan dengan iringan musik gondang. 5. Tari Tradisional Gantar Kalimantan Tari Gantan adalah jenis tarian yang dipentaskan sebagai sarana upacara adat. Tarian ini dipentaskan saat upacara pesta tanam padi. Pada gerakannya, tari gantan ini didominasi pada gerakan kaki. Properti yang digunakan saat pementasan adalah tongkat panjang dari kayu, itu digunakan untuk melubangi tanah pertanian dengan 6. Tari Bedhaya Ketawang Tarian Tradisional Surakarta Tari Bedhaya Ketawang, adalah sebuah tarian bangsawan Keraton Surakarta. Tarian ini hanya dipentaskan saat upacara penobatan serta Tinglandalem Jumenengan upacara kenaikan tahta raja Sultan Surakarta. 7. Tarian Daerah Tradisional Upacara Legong Bali Tari Legong adalah tarian klasik yang berasal dari Bali. Tari ini hanya dikembangkan dan dipertunjukkan di keraton-keraton Bali. Saat pertunjukannya, tarian ini diiringi oleh sebuah musik gamelan, gamelan yang dipakai adalah gamelan Semar Panggulingan. eight. Tarian Tradisional Tari Pakarena Sulawesi Selatan Tari Pakarena merupakan tari tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Tari Pakarena disebut tarian yang memiliki fungsi sebagai sarana upacara karena dahulu pertama kali dipertunjukkan pada abad 17, yaitu tahun 1903 saat Pangali Patta Raja dinobatkan sebagai Raja di Gantarang Lalang Bata. nine. Tari Seblang Tarian Tradisional Banyuwangi Tari Seblang ini merupakan sebuah tarian ritual tradisi yang sangat tua di wilayah Banyuwangi. Saat pertunjukannya, tarian seblang dimulai dengan upacara yang dipimpin oleh seorang dukun atau pawang desa setempat. 10. Tari Srimpi dari Jawa Timur Tari Srimpi, adalah tari jawa klasik yang berasal dari Jawa Timur. Tarian ini merupakan tradisi keraton Kesultanan Mataram, lalu dilestarikan oleh empat istana pewarisnya, yaitu di Surakarta dan Yogyakarta. B. Nama Tarian Daerah Tradisional Indonesia Sebagai Sarana Pertunjukan one. Tari Merak, Jawa Barat tarian daerah Tari Merak adalah tarian tradisional khas Jawa Barat yang diciptakan oleh salah satu seniman sunda, Raden Tetje Somantri. Sesuai namanya, dalam gerakannya tarian merak menggambarkan kehidupan dari sekolompok binatang, yaitu burung merak tentunya. 2. Tari Orek-orek Tari Orek-orek merupakan kesenian dari Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Kesenian ini termasuk dalam tarian pergaulan, karena di dalamnya gerakan tari diiringi bersama dengan alat musik tetabuhan yang cara memainkannya dengan dikorek. three. Tari Gambyong Tari Gambyong adalah tarian tradisional daerah khas Surakarta. Tarian ini memiliki koreografi yang sangat variatif, yaitu diantaranya dikenal dengan Tari Gambyong Pareanom dan Tari Gambyong Pangkur. Tari gambyong biasanya dipentaskan sebagai pertunjukan ataupun menyambut tamu. 4. Tari Rejang Tari Rejang adalah kesenian tari tradisional dari Bali. Kesenian ini termasuk yang terunik, karena Tari Rejang hanya ditampilkan oleh perempuan dan dipertunjukkan untuk perempuan. Koreografinya sangat sederhana namun terlihat progresif dan lincah. 5. Tari Pendet Tarian yang satu ini juga kesenian tradisional dari Bali, yaitu Tari Pendet. Dalam sejarahnya, dahulu tari pendet merupakan tari pemujaan saat penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. 6. Tari Lenggeran Tari Lenggeran adalah kesenian tradisional dari Jawa Tengah. Tarian ini memiliki pesan yang sangat bermakna, yaitu berpesan kepada setiap orang untuk bersikap mengajak, membela kebenaran, dan menjauhkan kejelekan. Nama Lengger sendiri berasal dari kata eling ngger. C. Nama Tarian Daerah Tradisional Indonesia Sebagai Media Hiburan 1. Tari Joged, Bali Tari Joged atau lebih dikenal dengan nama Joged Bumbung, adalah tarian pergaulan yang berasal dari Bali. Biasanya dipertunjukkan sebagai sarana hiburan, seperti dalam acara pernikahan. Penarinya adalah seorang wanita, kemudian saat menari wanita tersebut mencari pasangan pria untuk diajak menari bersama. ii. Tari Kethuk Tilu, Jawa Barat Tari Kethuk Tilu merupakan tarian tradisional khas Jawa Barat. Kesenian tari ini merupakan awal sejarahnya tari Jaipongan diciptakan. Tarian ini juga biasanya dipentaskan untuk sarana hiburan dalam setiap acara pernikahan. Nama tariannya sendiri diambil dari alat musik pengiringnya, yaitu three buah kethuk atau lebih dikenal dengan bonang yang menciptakan irama rebab, gendang besar, dan kulanter yang digunakan untuk mengatur tempo kendang yang diiringi bersama kecrek dan gong. three. Tari Ronggeng, Jawa Barat Tari Ronggeng adalah tari tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat, khususnya dari tanah pasundan. Saat pentas, penari diiringi dengan musik dari biola dan gong. Walaupun berasal dari Jawa, Ronggeng juga dapat ditemukan di Sumatra dan Semenanjung Malaya. four. Tari Jaipongan, Jawa Barat Yang satu ini juga masih berasal dari Jawa Barat, namanya Tari Jaipongan. Kesenian ini merupakan tari pergaulan yang berasal dari tanah Sunda dan tentunya sangat populer sekali di Indonesia ini. Tari Jaipongan diciptakan oleh seniman asal Karawang, yaitu H Suanda pada tahun 1976. Tarian ini merupakan hasil kreatifitas dari penggabungan beberapa elemen seni tradisi, seperti wayang golek, pencak silat, kethuk tilu, dan topeng banjet. 5. Tari Tayuban Tari Tayub atau Tayuban adalah kesenian tari daerah tradisional Jawa Tengah yang memiliki unsur keindahan dan keserasian gerak. Jika diperhatikan, tarian ini mirip dengan tari Jaipongan yang berasal dari Jawa Barat dan juga tari Gambyong dari Jawa Tengah. Tari Tayub ada tarian pergaulan yang bermakna untuk memperkuat hubungan sosial masyarakat.
.
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/77
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/40
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/194
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/71
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/226
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/297
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/89
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/83
  • v3cdpw9f7f.pages.dev/104
  • tari mapeliang adalah tari yang berfungsi sebagai pelengkap upacara